Tahun 2006...
Kuawali tahun 2006 dengan sebuah tulisan dalam Handphone Nokia 2100 ku "2006 penuh harapan" meski harus kulewatkan dengan sebuah kegilaan dengan teman-teman yang tidak semestinya aku lakukan sebagai seorang yang tergolong kaum intelek.
Mengawali tahun 2006 dengan moment kesarjanaanku yang masih hangat dari Universitas Negeri Makassar dengan menyandang gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) sekaligus kujadikan sebagai sebuah jaminan untuk menatap masa depan yang lebih cerah dan saat itu aku berharap semua terwujud di tahun 2006.
Menapak tahun 2006, berpijak dari skill dan "titel", aku melanjutkan pekerjaan yang baru aku peroleh pada bulan Nopember 2005 di sebuah perusahaan swasta yang bernama Sistem Sekolah Cerdas Indonesia (SSCI) dan masih kulakoni sampai sekarang sebagai sebuah penanda kecemerlangan yang terjadi di tahun 2006.
Di tahun 2006, kusongsong harapan dengan mengadu nasib di Kota Parepare untuk mencoba andalkan ijazah dan gelarku tuk mendaftar menjadi PNS yang kuanggap sebagai sebuah pertarungan untuk menentukan "Hitam dan Putih" masa depanku.
Ya..... Aku memenangkan pertarungan dan menjadikanku seorang PNS. Gambaran masa depan sudah nampak jelas terbentang dengan cerah. Harapan yang setiap orang ingin menggapainya kini berada dalam genggamanku yang tentu saja menjadi berkah buatku dan lebih-lebih bagi orang-orang yang menyayangiku dan berjuang untuk menjadikanku orang yang berhasil.
Titel PNS kugapai dengan cukup mudah dengan segala kemudahan yang seakan menjemputku, seakan aku dimanjakan dengan segala pemenuhan keinginan. Sebuah kesyukuran besar karena semua keberuntungan mendatangiku salah satunya dengan tidak melepas pekerjaan dari SSCI.
Berbagai obsesi telah kuraih di tahun 2006. Keinginan untuk menjadikan diri lebih baik sebagian telah terwujud. Maka kututup tahun 2006 dengan menghadirkan sebuah simbol (entah simbol untuk apa) berupa sebuah motor thunder yang selama ini kuimpikan.
Semua terasa lengkap dan sempurna di tahun 2006. Inilah tahun tercerah dalah sejarah perjalanan hidupku. Semoga hari esok akan lebih baik, karena sebagai manusia biasa dengan fitrah "keserakahan", masih banyak obsesi yang akan berusaha aku raih.
Semoga tahun 2007 adalah salah satu jawaban atas semua obsesi itu.
Selamat Tinggal 2006....
(Tahun penuh keindahan dan kenangan)
Selamat Datang tahun 2007....
(Tahun penuh harapan dan obsesi)
Trima Kasih Allah atas semua keberkahan yang telah Kau suguhkan kepada hambamu yang sementara berjuang kembali ke jalanMu.
Saturday, December 30, 2006
Sunday, October 8, 2006
Meraih Keyakinan
Berjalan tanpa keyakinan akan tujuan adalah sebuah kesalahan. Namun berpijak pada sebuah keyakinan yang salah adalah sebuah kebodohan dan kesia-siaan. Keyakinan adalah mutlak menjadi milik kita, dan bukan sebuah keyakinan jika itu diperoleh dari sebuah proses doktrinasi apalagi intimidasi, terkecuali melalui sebuah pengkajian mendalam sehingga ditemukan sebuah keyakinan absolut yang kita yakini sebagai sebuah kebenaran yang tentunya absolut pula.
Berbicara tentang keyakinan, sangat dekat dengan agama yang kita pilih sebagai jalan hidup. Namun apakah kita memilih?. Belum tentu... Padahal hidup adalah sebuah pilihan sadar.
Tak bisa dipungkiri bahwa banyak diantara kita memeluk agama "warisan" orang tua, tanpa diberi kesempatan untuk memilih. Saya adalah pemeluk Islam, dan kurang lebih itulah yang terjadi dalam hidupku. Aku sadar, keislamanku adalah warisan orangtuaku dan hingga kini aku belum menemukan arti keyakinan yang sesungguhnya.
TIdak asing di telinga kita istilah "Islam KTP" yang berarti orang islam tapi tidak menjalankan syari'ah. Sangat wajar, karena keyakinan itu tidak tumbuh dalam jiwa. Coba tengok kehidupan para Muallaf yang getol menjalankan syari'ah. Sangat wajar, karena keyakinannya tumbuh dengan subur dan memaknai arti keyakinan dan kebenaran absolut yang diperoleh bukan tanpa sebab, tapi melalui pengkajian yang mendalam.
Apakah kita telah mengkaji keyakinan kita?. Haruskah "Islam KTP" kan terus melekat dalam diri?. Maka temukanlah arti keyakinan yang absolut itu, maka semoga kan kau temukan kebenaran yang absolut.
Persembahan untuk "diri" yang telah jauh dari jalan Tuhan, dan ingin menarik diri kembali ke Pelukan-Nya. Semoga.
Berbicara tentang keyakinan, sangat dekat dengan agama yang kita pilih sebagai jalan hidup. Namun apakah kita memilih?. Belum tentu... Padahal hidup adalah sebuah pilihan sadar.
Tak bisa dipungkiri bahwa banyak diantara kita memeluk agama "warisan" orang tua, tanpa diberi kesempatan untuk memilih. Saya adalah pemeluk Islam, dan kurang lebih itulah yang terjadi dalam hidupku. Aku sadar, keislamanku adalah warisan orangtuaku dan hingga kini aku belum menemukan arti keyakinan yang sesungguhnya.
TIdak asing di telinga kita istilah "Islam KTP" yang berarti orang islam tapi tidak menjalankan syari'ah. Sangat wajar, karena keyakinan itu tidak tumbuh dalam jiwa. Coba tengok kehidupan para Muallaf yang getol menjalankan syari'ah. Sangat wajar, karena keyakinannya tumbuh dengan subur dan memaknai arti keyakinan dan kebenaran absolut yang diperoleh bukan tanpa sebab, tapi melalui pengkajian yang mendalam.
Apakah kita telah mengkaji keyakinan kita?. Haruskah "Islam KTP" kan terus melekat dalam diri?. Maka temukanlah arti keyakinan yang absolut itu, maka semoga kan kau temukan kebenaran yang absolut.
Persembahan untuk "diri" yang telah jauh dari jalan Tuhan, dan ingin menarik diri kembali ke Pelukan-Nya. Semoga.
Friday, February 10, 2006
Sang Penakluk ...!!!
Terkenang saat aku mendaftar UMPTN (istilah seleksi masuk perguruan tinggi negeri pada masaku: 2000). Moment itu terulang kembali hari ini saat aku kembali harus berjuang mengikuti seleksi CPNS (konon kabarnya menjamin hidup tapi tidak bisa membuat kita menjadi konglomerat).
UMPTN yang menurut berbagai kalangan sangat kompetitif berhasil aku taklukkan dan mrnyulapku jadi mahasiswa Jurusan Fisika di UMI (Universitas Mantan IKIP) Universitas Negeri Makassar yang hingga detik ini dan sampai kapan pun menjadi kebanggaanku.
Ya ........... Aku Sukses ................
Kini, seleksi CPNS kembali menantangku. Akankah aku kan kembali menaklukkannya dan bisa menyulapku menjadi PNS sebagai salah satu pewaris "Oemar Bakri".
Ya ........... Sukses Menantiku...........
UMPTN yang menurut berbagai kalangan sangat kompetitif berhasil aku taklukkan dan mrnyulapku jadi mahasiswa Jurusan Fisika di UMI (Universitas Mantan IKIP) Universitas Negeri Makassar yang hingga detik ini dan sampai kapan pun menjadi kebanggaanku.
Ya ........... Aku Sukses ................
Kini, seleksi CPNS kembali menantangku. Akankah aku kan kembali menaklukkannya dan bisa menyulapku menjadi PNS sebagai salah satu pewaris "Oemar Bakri".
Ya ........... Sukses Menantiku...........
Wednesday, January 25, 2006
Pengantin Bugis Makassar
By: Andhika Mappasomba
(Barisan Sastrawan Muda Makassar)
atas nama tradisi
dan budaya yang tinggi kata mereka
rupa-rupa adat harus terpenuhi
pada materi yang berat
dipikul dengan tertatih
tak perduli perawan menjadi tua
bujang lapuk cemas menanti hari
seusai pesta pengantin
bersiaplah menyicil harga diri
hingga nanti
ketika nikah sudah bukan membeli
(Persembahan untuk kaum hawa Bugis Makassar
yang memasang tarif tinggi untuk maharnya)
Makassar, 5 November 2004
(Barisan Sastrawan Muda Makassar)
atas nama tradisi
dan budaya yang tinggi kata mereka
rupa-rupa adat harus terpenuhi
pada materi yang berat
dipikul dengan tertatih
tak perduli perawan menjadi tua
bujang lapuk cemas menanti hari
seusai pesta pengantin
bersiaplah menyicil harga diri
hingga nanti
ketika nikah sudah bukan membeli
(Persembahan untuk kaum hawa Bugis Makassar
yang memasang tarif tinggi untuk maharnya)
Makassar, 5 November 2004