Setelah penantian cukup panjang berkutat dengan pekerjaan di SMP Negeri 5 Parepare dan Parepare Cyber Education Center (PCEC), akhirnya hari ini aku akan menengok orang tuaku di kampung halaman. Terakhir kali pulang ke Herlang, Butta Panrita Lopi Bulukumba pada bulan Januari 2007. Kalo dihitung-hitung sekitar 6 bulan. Ini pertama kali meninggalkan orang tua selama ini. Waktu masih aktif kuliah, paling lama 3 bulan sekali pasti pulang nengok keluarga.
Setahun berada di kota Parepare ini cukup melelahkan. Berkutat dengan pekerjaan yang tiada habisnya. Semuanya untuk mengejar ”setoran”. Tapi aku tidak ingin dianggap pemburu materi oleh orang tuaku. Mereka tidak pernah menyebutku begitu, namun aku merasa seperti itulah aku adanya saat ini. Hanya mementingkan kerjaan, bahkan pada saat salah satu anggota keluarga meninggal dunia, aku tidak pulang dengan alasan kerjaan.
Sebelum semuanya terlambat, aku ingin menepis semua. Materi sangat penting tapi jangan sampai melupakan keluarga. Susah payah membesarkan aku, menyekolahkan, bahkan berjuang setengah mati untuk membuat aku jadi sarjana. Namun setelah semuanya aku gapai, aku jarang menjenguk mereka. Durhaka. Walau aku tau pasti bahwa mereka tak akan pernah meminta balasan atas semua yang mereka lakukan, dan bagaimana pun inginnya aku membalas tak akan mampu melunasi semuanya. Aku hanya ingin mereka bahagia, tersenyum menyambut kedatanganku. Moment paling mengesankan adalah ketika aku datang, ibu pasti meluk aku dan bilang ”anakku pulang”.
Jarak dari Parepare ke Herlang Kab. Bulukumba sekitar 450 km. Kalo mengendarai blacky perkirakan sampai dalam waktu 7 jam. Tapi rencananya singgah di Makassar dulu, besoknya baru lanjut ke Bulukumba.
Ibu, aku datang. Semoga tidak ada halangan dalam perjalanan.
Saturday, June 30, 2007
Friday, June 22, 2007
IT: Sebuah Jawaban
Kita mungkin malu mengakui bahwa Negara kita Indonesia sangat tertinggal jauh dari negara lain dalam bidang Teknologi Informasi bahkan pada skala kecil misalnya Asia Tenggara. Kita tidak mampu berbicara banyak tentang bidang yang satu ini bahkan mungkin juga untuk bidang-bidang yang lain. Singapura dengan jumlah penduduk yang sangat kecil dibanding Indonesia dengan luas wilayah yang tak lebih besar dari pulau Jawa mampu menempatkan diri sebagai "Raksasa Teknologi Informasi" di Kawasan Asia Tenggara.
Pertanyaan yang sangat manusiawi muncul "dimana Indonesia?". Kita masih tertinggal jauh. Padahal Sekolah Tinggi, Akademi bahkan Universitas yang berbasis TI menjamur di negara kita, tetapi apa yang telah diperbuat?. Dengan kualifikasi yang mereka miliki seharusnya kita tidak ragu untuk menggantungkan harapan dalam upaya peningkatan Indonesia dalam dunia TI.
Jika kita memiliki SDM yang sedemikian hebatnya?, lalu di mana permasalah yang paling fundamental?. Menurut survey, Indonesia adalah negara dengan tarif layanan internet termahal di dunia, jika demikian bagaimana IT di negeri ini bisa memasyarakat jika yang mengkonsumsi simbol perkembangan TI ini hanya bisa dilakukan oleh kalangan elite.
Bahkan yang paling menyedihkan, provider penyedia jasa internet itu bukan lagi murni milik Indonesia tetapi telah terjual dan dimiliki oleh pihak asing. Tentu saja jika demikian kondisinya, orientasinya bukan untuk memasyarakatkan TI tetapi bagaimana menarik keuntungan sebanyak mungkin.
Pemerintah seharusnya peduli dengan permasalahan ini dengan menyiapkan perangkat hukum yang jelas untuk berupaya menumbuhkembangkan IT di negeri ini. Perangkat hukum itu seharusnya mampu memberikan peluang kepada anak negeri untuk mengakses internet seluas-luasnya, memberi peluang kepada pengusaha untuk mencipta sendiri perangkat keras dan perangkat lunak untuk mendukungnya. Jika demikian adanya, maka negara kita tak lagi menjadi konsumtif tetapi kita berharap menjadi produsen. Ketika itu terjadi, Indonesia akan tercatat sebagai negara dengan IT yang dperhitungkan di dunia.
Pertanyaan yang sangat manusiawi muncul "dimana Indonesia?". Kita masih tertinggal jauh. Padahal Sekolah Tinggi, Akademi bahkan Universitas yang berbasis TI menjamur di negara kita, tetapi apa yang telah diperbuat?. Dengan kualifikasi yang mereka miliki seharusnya kita tidak ragu untuk menggantungkan harapan dalam upaya peningkatan Indonesia dalam dunia TI.
Jika kita memiliki SDM yang sedemikian hebatnya?, lalu di mana permasalah yang paling fundamental?. Menurut survey, Indonesia adalah negara dengan tarif layanan internet termahal di dunia, jika demikian bagaimana IT di negeri ini bisa memasyarakat jika yang mengkonsumsi simbol perkembangan TI ini hanya bisa dilakukan oleh kalangan elite.
Bahkan yang paling menyedihkan, provider penyedia jasa internet itu bukan lagi murni milik Indonesia tetapi telah terjual dan dimiliki oleh pihak asing. Tentu saja jika demikian kondisinya, orientasinya bukan untuk memasyarakatkan TI tetapi bagaimana menarik keuntungan sebanyak mungkin.
Pemerintah seharusnya peduli dengan permasalahan ini dengan menyiapkan perangkat hukum yang jelas untuk berupaya menumbuhkembangkan IT di negeri ini. Perangkat hukum itu seharusnya mampu memberikan peluang kepada anak negeri untuk mengakses internet seluas-luasnya, memberi peluang kepada pengusaha untuk mencipta sendiri perangkat keras dan perangkat lunak untuk mendukungnya. Jika demikian adanya, maka negara kita tak lagi menjadi konsumtif tetapi kita berharap menjadi produsen. Ketika itu terjadi, Indonesia akan tercatat sebagai negara dengan IT yang dperhitungkan di dunia.