Setelah malang melintang di dunia internet selama beberapa tahun terakhir, akhirnya saya terusik untuk mencoba mengais rezeki dari internet yang katanya melimpah ini. Pilihan hati saya jatuh kepada program Paid Review meskipun baru sampai pada tahap mencoba. Tidak ada salahnya mencoba siapa tau benar kan, kalo salah juga gak masalah kan internet yang saya gunakan gratis hehehe...
Setelah membaca sana sini, ternyata Paid Review tidak mudah karena biasanya mensyaratkan blog dengan konten bahasa Inggris. Nah, itu dia masalahnya karena saya tidak bisa bahasa Inggris. Nah lho... Kiamat. Tetapi tenang aja, di negeri kita Indonesia tercinta sudah ada Paid Review berbahasa Indonesia.
Sampai saat ini sudah ada 2 program Paid Review di Indonesia.
Reviewmu
Reviewmu adalah program paid review pertama di Indonesia dan tentu saja menggunakan bahasa Indonesia dan dibayarnya dengan mata uang kita tercinta Rupiah yang saat ini nilai tukarnya menyedihkan. Pembayaran akan dikirim setiap bulan setelah akumulasi komisi yang didapatkan mencapai Rp.100.000. Kita akan dibayar sesuai dengan yang kita minta, tentu saja sesuai dengan kepantasan harga blog kita. Seperti blog ini yang tidak ada apa-apanya maka saya memasang harga rendah, harapannya sih supaya banyak job hehehe... Saya tidak bisa cerita banyak tentang Reviewmu ini karena mendaftarnya saja baru hari ini, hehehe... Jadi belum banyak yang bisa diceritakan. Tetapi jika ada rekan-rekan yang ingin membantu saya mendapatkan duit bisa daftar lewat referal saya di Reviewmu (ref), sekalian beramal.
AdReviewCamp
Karena ada di Indonesia maka reviewnya pun berbahasa Indonesia dan bayarnya dengan Rupiah. Hebatnya lagi minimum payoutnya minimal Rp.10.000. Kita cukup mendaftar kemudian memasukkan blog yang akan digunakan untuk mereview. Setelah diterima kerjaan kita adalah menunggu job review datang dan tidak harus rebutan. Sama dengan Reviewmu, daftarnya juga baru hari ini jadi gak bisa ngomong banyak. Tetapi sekali lagi jika ada yang ingin beramal bisa daftar lewat referal saya di AdReviewCamp (ref).
Sudah mendaftar Paid Review? Jika belum tidak ada salahnya mengais rezeki dari blog yang kita kelola. Saya membuka ruang buat rekan-rekan yang ingin berbagi informasi di blog ini mungkin lewat komentar.
Tuesday, March 24, 2009
Tuesday, March 17, 2009
Meningkatkan Rangking Alexa
Istilah Alexa mungkin bukan hal baru buat para blogger bahkan terkesan basi. Mungkin benar anggapan basi itu terutama bagi para master, yang simultan dengan Rank Alexa blog ini yang begitu-begitu saja tidak mengalami "perbaikan nasib". Sebenarnya di blog ini pernah saya pasang widget Alexa tetapi karena malu dengan angkanya yang selangit makanya tidak bertahan lama dan saya lenyapkan dari pandangan mata.
Tetapi seketika saya tersadar...(terkesan didramatisir hehehe...) bahwa ternyata penting untuk meningkatkan rangking Alexa, ya minimal untuk kepuasan pribadi tidak seperti sekarang yang setiap melirik angka Rank Alexa yang mencapai 3.729.384 rasanya pilu menyayat hati, artinya begitu tidak berartinya blog ini bagi siapa pun kecuali aku. Lalu bagaimana caranya?
Berdasarkan saran para master, ada beberapa tips dan langkah yang bisa dilakukan:
Pasang Widget Alexa
Dengan memasang widget Alexa di blog maka otomatis penghitungan pengunjung blog akan tercatat di database Alexa. Tetapi saya malu dengan angka yang berjuta-juta (itu juga yang saya alami). Tetapi demi meningkatkan Rank Alexa, saya hilangkan kemaluan (eh salah, saya hilangkan rasa malu maksudnya). Untuk memasang widget bisa berkunjung ke Alexa, isikan alamat blog anda pada Alexa Traffic Rank Button, kemudia tekan tombol Build Widget anda akan diberi code widget, copy dan paste code tersebut di blog anda. Maka anda sudah memamerkan Rank Alexa milik anda. Sekali tidak usah malu.
Pasang Alexa Toolbars
Setiap kali kita mengunjungi blog dengan browser yang terinstal Alexa toolbars maka blog tersebut akan mendapatkan poin. Siapa yang sering mengakses blog kita? ya kita sendiri. Makanya install Alexa toolbars di browser yang sering anda pakai sehingga setiap kali membuka blog anda, secara otomatis mendapatkan poin. Lebih baik lagi jika blog anda dijadikan homepage pada browser yang sering digunakan, tetapi tentunya ini bisa dilakukan pada komputer yang sering anda pakai. Tetapi jika anda pengusaha warnet, bisa dibayangkan berapa komputer yang menggunakan blog anda sebagai homepage. Untuk mendapatkan toolbars Alexa, silahkan berkunjung ke Alexa kemudian klik tombol Get Sparky dan ikuti instruksi selanjutnya.
Posting Tulisan Mengenai Alexa
Entah hubungannya dimana, tetapi menurut para master cara ini cukup ampuh dan itulah yang saya lakukan sekarang. Apakah untuk tulisan ini akan direview oleh pihak Alexa sehingga memberi poin pada blog ini? Kemungkinannya sangat kecil, mana Alexa punya waktu? Alasannya mungkin hanya untuk menarik minat pengunjung yang ingin mencari informasi tentang alexa, dengan begitu blog kita akan menjadi salah satu objek pencarian jika di dalamnya terdapat informasi tentang Alexa.
Tingkatkan Trafik Pengunjung blog
Rank Alexa menunjukkan tingkat popularitas blog kita, salah satu indokatornya adalah dengan banyaknya jumlah pengunjung. Berdasarkan desas desus yang berkembang, Rank Alexa dipengaruhi oleh jumlah unique visitor. Makanya carilah pengunjung dari berbagai macam bendera (negara), beda kulit, beda IP, beda ISP dan beda-beda yang lain . Pokoknya harus unik.
Masih banyak cara lain, tetapi inilah yang saya peroleh dari pengembaraan saya. Mudah-mudahan berguna untuk meningkatkan Rank Blog ini dan blog rekan-rekan yang lain.
Keep Blogging...!!!
Tetapi seketika saya tersadar...(terkesan didramatisir hehehe...) bahwa ternyata penting untuk meningkatkan rangking Alexa, ya minimal untuk kepuasan pribadi tidak seperti sekarang yang setiap melirik angka Rank Alexa yang mencapai 3.729.384 rasanya pilu menyayat hati, artinya begitu tidak berartinya blog ini bagi siapa pun kecuali aku. Lalu bagaimana caranya?
Berdasarkan saran para master, ada beberapa tips dan langkah yang bisa dilakukan:
Pasang Widget Alexa
Dengan memasang widget Alexa di blog maka otomatis penghitungan pengunjung blog akan tercatat di database Alexa. Tetapi saya malu dengan angka yang berjuta-juta (itu juga yang saya alami). Tetapi demi meningkatkan Rank Alexa, saya hilangkan kemaluan (eh salah, saya hilangkan rasa malu maksudnya). Untuk memasang widget bisa berkunjung ke Alexa, isikan alamat blog anda pada Alexa Traffic Rank Button, kemudia tekan tombol Build Widget anda akan diberi code widget, copy dan paste code tersebut di blog anda. Maka anda sudah memamerkan Rank Alexa milik anda. Sekali tidak usah malu.
Pasang Alexa Toolbars
Setiap kali kita mengunjungi blog dengan browser yang terinstal Alexa toolbars maka blog tersebut akan mendapatkan poin. Siapa yang sering mengakses blog kita? ya kita sendiri. Makanya install Alexa toolbars di browser yang sering anda pakai sehingga setiap kali membuka blog anda, secara otomatis mendapatkan poin. Lebih baik lagi jika blog anda dijadikan homepage pada browser yang sering digunakan, tetapi tentunya ini bisa dilakukan pada komputer yang sering anda pakai. Tetapi jika anda pengusaha warnet, bisa dibayangkan berapa komputer yang menggunakan blog anda sebagai homepage. Untuk mendapatkan toolbars Alexa, silahkan berkunjung ke Alexa kemudian klik tombol Get Sparky dan ikuti instruksi selanjutnya.
Posting Tulisan Mengenai Alexa
Entah hubungannya dimana, tetapi menurut para master cara ini cukup ampuh dan itulah yang saya lakukan sekarang. Apakah untuk tulisan ini akan direview oleh pihak Alexa sehingga memberi poin pada blog ini? Kemungkinannya sangat kecil, mana Alexa punya waktu? Alasannya mungkin hanya untuk menarik minat pengunjung yang ingin mencari informasi tentang alexa, dengan begitu blog kita akan menjadi salah satu objek pencarian jika di dalamnya terdapat informasi tentang Alexa.
Tingkatkan Trafik Pengunjung blog
Rank Alexa menunjukkan tingkat popularitas blog kita, salah satu indokatornya adalah dengan banyaknya jumlah pengunjung. Berdasarkan desas desus yang berkembang, Rank Alexa dipengaruhi oleh jumlah unique visitor. Makanya carilah pengunjung dari berbagai macam bendera (negara), beda kulit, beda IP, beda ISP dan beda-beda yang lain . Pokoknya harus unik.
Masih banyak cara lain, tetapi inilah yang saya peroleh dari pengembaraan saya. Mudah-mudahan berguna untuk meningkatkan Rank Blog ini dan blog rekan-rekan yang lain.
Keep Blogging...!!!
Wednesday, March 11, 2009
Kita Pernah Begitu Dekat…
(Judul ini diadopsi dari sebuah cerpen dalam bulletin Quanta yang ditulis oleh senior kami, bulletin yang diterbitkan oleh jurnalis-jurnalis jurusan Fisika FMIPA UNM yang dibagikan sesaat setelah mengikuti Orientasi sebagai Mahasiswa Baru Fisika Angkatan 2000 yang disingkat Mafia ‘2K. Tetapi seiring perjalanan waktu, Bulletin Quanta tinggallah nama)
Tergerak dari tulisan sahabatku Mhomank (AMY), maka hadirlah tulisan ini untuk sekedar membuka lembaran indah masa kuliah bersamanya sebagai sahabat, teman bahkan saudara. Telah lama aku ingin menulis tentangnya tetapi baru saat ini tersampaikan, mungkin karena memang selama ini aku telah kering inspirasi yang tidak kusadari kapan kekeringan itu bermula.
Dalam postingan di blognya yang diberinya nama Catatan Kontemplasi, saudaraku Mhomank bercerita tentang pengalamannya dalam dunia blog yang di sana menyelipkan namaku sebagai salah satu yang dianggapnya guru dan itu cukup membuatku tersanjung. Tetapi sejujurnya terbersit rasa malu dalam diriku karena aku belumlah sampai pada kapasitas sebagai guru dalam dunia blog. Aku hanya kebetulan sedikit kenal dengan dunia bloger dan hingga hari ini belum juga bisa memahaminya. Mungkin aku hanya lebih dulu kenal dengan dunia blog sehingga kondisinya terbalik, hanya persoalan waktu.
Tetapi, terima kasih kawan. Aku anggap kata “Guru” itu sebagai motivasi dan inspirasi untuk lebih memahami dunia blog ini karena dari dulu kamu memang sering menjadi sosok motivator dan inspirator untukku.
Tetapi kawan, tahukah engkau dari mana semua ini berawal? Ngeblog tidak bisa lepas dari kemampuan komputer. Tidak mungkin seseorang bisa ngeblog jika menekan tuts keyboard saja tidak bisa. Berbahagialah peserta didik sekarang yang sejak SMP sudah mengenal komputer karena telah ada dalam kurikulum. Aku sendiri mulai mengenal komputer mulai dari nol saat duduk di bangku kuliah tepatnya tahun 2000 silam, sangat terlambat. Tetapi bukankah orang bijak mengatakan “tidak ada kata terlambat untuk belajar”. Meski kemampuan komputerku tidaklah hebat tetapi setidaknya aku tidak “buta teknologi” khususnya komputer.
Ada banyak aktor yang membantuku belajar komputer karena aku tidak pernah kursus di lembaga kursus. Ada banyak telinga yang harus aku usik dengan pertanyaan-pertanyaan, ada banyak waktu orang lain yang aku sita untuk mengajariku sehingga tidak tepat jika aku menyebutnya otodidak. Salah satu aktornya adalah Mhomank. Saat aku masih merangkak mempelajari komputer, kawanku itu sudah berjalan bahkan sudah berlari. Ketika aku masih melatih jari mengenal tuts, kawanku itu telah mahir instalasi karena mengetik baginya saat itu hanya seujung kuku alias terlalu mudah. Dia mampu mengetik tanpa menatap monitor apalagi keyboard tetapi hanya fokus pada teks yang akan diketik dan luar biasanya nyaris tanpa kesalahan.
Aku banyak belajar darinya atau bahkan lebih banyak mencuri ilmu darinya terlebih karena memang hampir setiap hari kami bersama. Saat Mhomank terpilih sebagai Ketua Umum Himpunan Mahasiswa Fisika (HIMAFI) FMIPA UNM, dia mempercayaiku untuk mendampinginya dalam kepengurusan sebagai Sekretaris Umum padahal aku adalah salah satu kompetitornya dalam pemilihan namun sayang namaku harus tercoret dari kertas suara sesaat sebelum pemilihan karena arogansi ketua Jurusan Fisika UNM saat itu yang tidak menginginkan aku masuk dalam bursa calon ketua umum dengan tidak bersedia menandatangani Transkrip Nilaiku yang menjadi salah satu persyaratan sebagai calon ketua umum. Selepas dari Himpunan Mahasiswa Fisika (HIMAFI) kami masih terus bersama dalam naungan FISIKOM yang kami bangun bersama sebagai sebuah unit usaha untuk membantu penyelesaian kuliah kami. Wah… penjelasannya jadi melebar…
Pernah suatu hari, aku dipanggil untuk menginstal komputer di salah satu organisasi daerah Kabupaten Bulukumba (KKMB) padahal saat itu aku masih belum begitu mahir dalam urusan ini. Tetapi aku beranikan diri untuk mencoba dan alhasil aku jadi merepotkan kawanku Mhomank yang harus mengajariku lewat telpon karena ada banyak bagian yang tidak mampu aku selesaikan. Tetapi dengan penuh kesabaran Mhomank membimbing langkah demi langkah dan pada akhirnya komputer itu selesai juga.
Jika Mhomank menganggapku guru dalam blog, siapakah guru yang sebenarnya?. Sekali lagi ngeblog tidak akan bisa tanpa mengenal komputer. Tetapi begitulah Mhomank yang memiliki banyak keistimewaan dibalut sosoknya yang sederhana dan santai.
Keistimewaan itu telah dia buktikan dengan berhasil menjadi dosen di Jurusan Fisika Fakultas MIPA Universitas Negeri Makassar, di almamater tempat kami bertemu, bersama, bersahabat, bersaudara. Tidak pernah terlintas dalam pikiranku sekali saja sebelumnya sosok yang kukenal di pendopo taman FMIPA UNM saat kami berdua mahasiswa baru adalah cikal bakal seorang dosen, yang aku yakin dengan melihat semangatnya bahwa suatu hari nanti Dia akan menjadi guru besar.
Kusimpankan nama ini untukmu kawan:
Prof. A. Momang Yusuf, S.Si, M.Pd, M.Sc, PhD
Kelak jika suatu hari nanti nama itu muncul di media, di seminar-seminar lokal, regional, nasional atau mungkin internasional, maka akan kuceritakan dan akan kubanggakan kepada anak cucuku bahwa nama itu adalah kawanku…
Tergerak dari tulisan sahabatku Mhomank (AMY), maka hadirlah tulisan ini untuk sekedar membuka lembaran indah masa kuliah bersamanya sebagai sahabat, teman bahkan saudara. Telah lama aku ingin menulis tentangnya tetapi baru saat ini tersampaikan, mungkin karena memang selama ini aku telah kering inspirasi yang tidak kusadari kapan kekeringan itu bermula.
Dalam postingan di blognya yang diberinya nama Catatan Kontemplasi, saudaraku Mhomank bercerita tentang pengalamannya dalam dunia blog yang di sana menyelipkan namaku sebagai salah satu yang dianggapnya guru dan itu cukup membuatku tersanjung. Tetapi sejujurnya terbersit rasa malu dalam diriku karena aku belumlah sampai pada kapasitas sebagai guru dalam dunia blog. Aku hanya kebetulan sedikit kenal dengan dunia bloger dan hingga hari ini belum juga bisa memahaminya. Mungkin aku hanya lebih dulu kenal dengan dunia blog sehingga kondisinya terbalik, hanya persoalan waktu.
Tetapi, terima kasih kawan. Aku anggap kata “Guru” itu sebagai motivasi dan inspirasi untuk lebih memahami dunia blog ini karena dari dulu kamu memang sering menjadi sosok motivator dan inspirator untukku.
Tetapi kawan, tahukah engkau dari mana semua ini berawal? Ngeblog tidak bisa lepas dari kemampuan komputer. Tidak mungkin seseorang bisa ngeblog jika menekan tuts keyboard saja tidak bisa. Berbahagialah peserta didik sekarang yang sejak SMP sudah mengenal komputer karena telah ada dalam kurikulum. Aku sendiri mulai mengenal komputer mulai dari nol saat duduk di bangku kuliah tepatnya tahun 2000 silam, sangat terlambat. Tetapi bukankah orang bijak mengatakan “tidak ada kata terlambat untuk belajar”. Meski kemampuan komputerku tidaklah hebat tetapi setidaknya aku tidak “buta teknologi” khususnya komputer.
Ada banyak aktor yang membantuku belajar komputer karena aku tidak pernah kursus di lembaga kursus. Ada banyak telinga yang harus aku usik dengan pertanyaan-pertanyaan, ada banyak waktu orang lain yang aku sita untuk mengajariku sehingga tidak tepat jika aku menyebutnya otodidak. Salah satu aktornya adalah Mhomank. Saat aku masih merangkak mempelajari komputer, kawanku itu sudah berjalan bahkan sudah berlari. Ketika aku masih melatih jari mengenal tuts, kawanku itu telah mahir instalasi karena mengetik baginya saat itu hanya seujung kuku alias terlalu mudah. Dia mampu mengetik tanpa menatap monitor apalagi keyboard tetapi hanya fokus pada teks yang akan diketik dan luar biasanya nyaris tanpa kesalahan.
Aku banyak belajar darinya atau bahkan lebih banyak mencuri ilmu darinya terlebih karena memang hampir setiap hari kami bersama. Saat Mhomank terpilih sebagai Ketua Umum Himpunan Mahasiswa Fisika (HIMAFI) FMIPA UNM, dia mempercayaiku untuk mendampinginya dalam kepengurusan sebagai Sekretaris Umum padahal aku adalah salah satu kompetitornya dalam pemilihan namun sayang namaku harus tercoret dari kertas suara sesaat sebelum pemilihan karena arogansi ketua Jurusan Fisika UNM saat itu yang tidak menginginkan aku masuk dalam bursa calon ketua umum dengan tidak bersedia menandatangani Transkrip Nilaiku yang menjadi salah satu persyaratan sebagai calon ketua umum. Selepas dari Himpunan Mahasiswa Fisika (HIMAFI) kami masih terus bersama dalam naungan FISIKOM yang kami bangun bersama sebagai sebuah unit usaha untuk membantu penyelesaian kuliah kami. Wah… penjelasannya jadi melebar…
Pernah suatu hari, aku dipanggil untuk menginstal komputer di salah satu organisasi daerah Kabupaten Bulukumba (KKMB) padahal saat itu aku masih belum begitu mahir dalam urusan ini. Tetapi aku beranikan diri untuk mencoba dan alhasil aku jadi merepotkan kawanku Mhomank yang harus mengajariku lewat telpon karena ada banyak bagian yang tidak mampu aku selesaikan. Tetapi dengan penuh kesabaran Mhomank membimbing langkah demi langkah dan pada akhirnya komputer itu selesai juga.
Jika Mhomank menganggapku guru dalam blog, siapakah guru yang sebenarnya?. Sekali lagi ngeblog tidak akan bisa tanpa mengenal komputer. Tetapi begitulah Mhomank yang memiliki banyak keistimewaan dibalut sosoknya yang sederhana dan santai.
Keistimewaan itu telah dia buktikan dengan berhasil menjadi dosen di Jurusan Fisika Fakultas MIPA Universitas Negeri Makassar, di almamater tempat kami bertemu, bersama, bersahabat, bersaudara. Tidak pernah terlintas dalam pikiranku sekali saja sebelumnya sosok yang kukenal di pendopo taman FMIPA UNM saat kami berdua mahasiswa baru adalah cikal bakal seorang dosen, yang aku yakin dengan melihat semangatnya bahwa suatu hari nanti Dia akan menjadi guru besar.
Kusimpankan nama ini untukmu kawan:
Prof. A. Momang Yusuf, S.Si, M.Pd, M.Sc, PhD
Kelak jika suatu hari nanti nama itu muncul di media, di seminar-seminar lokal, regional, nasional atau mungkin internasional, maka akan kuceritakan dan akan kubanggakan kepada anak cucuku bahwa nama itu adalah kawanku…
Sunday, March 1, 2009
Bodoh... Sialan...
Ingin kutertawa, menertawakan diri yang pelupa. Aku ingat sebuah pepatah "hanya keledai bodoh yang jatuh ke lubang yang sama dua kali". Untukku, bukan dua kali tapi sudah ketiga kalinya. Seperti kemarin, aku lupa bahwa di lingkungan tempatku mengajar banyak orang-orang yang mau tampil mentereng tetapi tidak mau membeli atau bahkan mereka memang tidak memiliki kemampuan untuk itu.
Ini ketiga kalinya aku kehilangan barang yang sama, bahkan 2 kali terjadi di lingkungan sekolah tempatku mengajar dan 1 kali lagi di salah satu puskesmas di Parepare. Mungkin ini kebodohan, kecerobohan yang tidak juga bisa membuatku belajar atau mungkin karena pikiranku terlalu dangkal yang menganggap semua orang sama dalam berpikir bahwa tidak akan mau mengambil barang orang lain yang bukan haknya.
Kata orang, kemiskinan mampu menggelapkan mata tetapi aku sendiri miskin dan masih memegang prinsip bahwa tidak akan pernah mengambil milik orang lain yang bukan hak. Setidaknya itulah warisan berharga yang diamanatkan orang tuaku, yang diajarkan padaku setiap saat bahkan lebih mirip senandung pengantar tidur karena masa kecilku tidaklah ditemani senandung dari TV atau radio tape, apalagi MP4 player, Iphod dan semacamnya. Kami terlalu miskin untuk memiliki semua itu. Orang tuaku ajarkan itu tidak dengan suara bising euforia kota, tetapi di sebuah perkampungan kecil yang lebih tepatnya disebut daerah terpencil.
Dalam pelajaran PKn aku pernah mendengar guruku bilang bahwa kehidupan sosial di daerah pedesaan jauh lebih baik dari daerah perkotaan. Setidaknya aku bisa mengangguk mengiyakan kata-kata guruku itu. Karakter yang terbangun dengan budaya modernitas sangat jauh berbeda dengan karakter masyarakat yang mengutamakan hubungan sosial di atas segalanya, dan hingga hari ini budaya dan ajaran-ajaran orang tua kepada anaknya masih tetap mereka bisikkan ke telinga anak-anak mereka sebelum tidur. Tetaplah lesatari budayaku... Kegemerlapan kota tak akan mampu memudarkanmu. Tertawalah kepada mereka yang tak lagi memiliki nurani, tak lagi memiliki adat kesopanan dan tak lagi memiliki kepekaan sosial.
Seharusnya aku belajar...
Ini ketiga kalinya aku kehilangan barang yang sama, bahkan 2 kali terjadi di lingkungan sekolah tempatku mengajar dan 1 kali lagi di salah satu puskesmas di Parepare. Mungkin ini kebodohan, kecerobohan yang tidak juga bisa membuatku belajar atau mungkin karena pikiranku terlalu dangkal yang menganggap semua orang sama dalam berpikir bahwa tidak akan mau mengambil barang orang lain yang bukan haknya.
Kata orang, kemiskinan mampu menggelapkan mata tetapi aku sendiri miskin dan masih memegang prinsip bahwa tidak akan pernah mengambil milik orang lain yang bukan hak. Setidaknya itulah warisan berharga yang diamanatkan orang tuaku, yang diajarkan padaku setiap saat bahkan lebih mirip senandung pengantar tidur karena masa kecilku tidaklah ditemani senandung dari TV atau radio tape, apalagi MP4 player, Iphod dan semacamnya. Kami terlalu miskin untuk memiliki semua itu. Orang tuaku ajarkan itu tidak dengan suara bising euforia kota, tetapi di sebuah perkampungan kecil yang lebih tepatnya disebut daerah terpencil.
Dalam pelajaran PKn aku pernah mendengar guruku bilang bahwa kehidupan sosial di daerah pedesaan jauh lebih baik dari daerah perkotaan. Setidaknya aku bisa mengangguk mengiyakan kata-kata guruku itu. Karakter yang terbangun dengan budaya modernitas sangat jauh berbeda dengan karakter masyarakat yang mengutamakan hubungan sosial di atas segalanya, dan hingga hari ini budaya dan ajaran-ajaran orang tua kepada anaknya masih tetap mereka bisikkan ke telinga anak-anak mereka sebelum tidur. Tetaplah lesatari budayaku... Kegemerlapan kota tak akan mampu memudarkanmu. Tertawalah kepada mereka yang tak lagi memiliki nurani, tak lagi memiliki adat kesopanan dan tak lagi memiliki kepekaan sosial.
Seharusnya aku belajar...
Subscribe to:
Posts (Atom)