Setelah penantian cukup panjang, Prajabatan untuk Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) Kota Parepare akhirnya digelar juga. CPNS 2006 ditetapkan sejak tanggal 1 April 2006 dan mulai mengabdi 1 Juni 2006. Hampir setahun, akhirnya prajabatan dinanti datang juga. Padahal semua daerah lingkup Sulawesi Selatan telah menyelenggarakan prajabatan untuk CPNS mereka bahkan kabupaten Bulukumba menyelenggarakannya pada bulan November 2006.
Prajabatan mulai diselenggarakan besok (14 Mei 2007) sampai dua minggu ke depan berlangsung di Hotel Graha Kota Parepare. Seminggu sebelumnya aku telah melakukan persiapan untuk mengikuti prajabatan ini termasuk pengurusan berkas, papan nama, pakaian KORPRI, peci hitam dan belakangan saya ketahui harus memakai lencana KORPRI. Namun di luar dugaan menjelang detik-detik akhir pelaksanaan aku harus kalang kabut untuk melengkapi persiapan-persiapan yang dibutuhkan.
Sejak hari Senin yang lalu aku sudah memesan papan nama di Toko Harmonis dan dijanji akan diambil hari Jumat tetapi entah mengapa sampai waktunya tiba belum jadi juga. Aku dijanji ambil hari Sabtu. Hari Sabtu aku kembali ke toko itu tetapi lagi-lagi belum selesai. Aku jadi naik pitam kepada pemilik tokonya. Dengan nada membujuk dia mengatakan kembali lagi besok (maksudnya Minggu) dan toko itu buka sampai jam sembilan malam. Dengan hati yang mendongkol aku tinggalkan toko itu yang tersalurkan lewat si Blacky yang kupacu kencang-kencang dengan suara knalpotnya yang memang di atas rata-rata karena habis diganti dengan knalpot racing.
Hari minggu adalah persiapan akhir, semua peserta harus datang untuk geladi kotor di Hotel Graha sekaligus pembagian perlengkapan. Tetapi karena penyakit “malas” datang lagi makanya aku tidak ikut karena aku masih menikmati hari tidur nasional. Jam 8.30 malam aku telpon teman untuk menanyakan hal-hal yang akan dilakukan besok. Aku hubungi Pak Sofyan (guru geografi), tidak diangkat. Aku hubungi Pak Mansur (guru Bahasa Indonesia), tidak diangkat karena ternyata mereka sedang di kendaraan menuju Senggol untuk refreshing. Aku teringat ibu Rahmiati (guru Geografi), nah diangkat. Beliau kemudian menjelaskan semua kelengkapannya. Pas beliau ngomong papan nama, seketika aku histeris karena ternyata aku belum ambil papan nama itu di Toko Harmonis. Cepat-cepat aku tutup telpon kemudian memacu si Blacky dengan kecepatan tinggi menuju toko itu karena sebentar lagi jam sembilan malam. Malang tak dapat ditolak, untung tak dapat diraih karena toko itu sudah tutup padahal ini belum jam sembilan, mana besok harus masuk jam 07.30. Aku hanya bisa berharap toko itu cepat buka besok. Aku kemudian kembali ke base, nelpon kembali ke Pak Sofyan, diangkat. Aku kembali tanya-tanya, dia bilang harus ada lencana KORPRI yang adanya hanya di toko 75. Aku kembali pacu si Blacky sekencang-kencangnya ke toko itu yang lumayan jauh tapi lebih dekat dibanding toko Harmonis. Kembali aku harus gigit jari karena toko itu sudah tutup juga.
Ya Tuhan, apa yang terjadi denganku. Kenapa aku jadi pikun begini. Apa yang akan menimpaku besok ya di tempat prajabatan. Bapak/Ibu panitia begini bla...bla...bla... ah basi.... Skenario pertama aku harus pagi-pagi ke kedua toko itu dan berharap kedua toko itu cepat buka. Jika skenario pertama gagal maka persiapkan skenario kedua, harus memasang wajah memelas di depan panitia dan alasannya harus sudah dipersiapkan malam ini.
Peterpan Band bilang “apa yang terjadi, terjadilah...”. Aku pasrah dengan apa yang akan terjadi besok. Semoga Dewi Fortuna masih ingin berselingkuh denganku.
No comments:
Post a Comment