Untuk semua blog ku, kuucapkan Selamat Tinggal. Mungkin untuk sementara... atau mungkin untuk selama-lamanya. Aku tidak punya alasan yang jelas untuk semua itu. Terlalu banyak keindahan, kekacauan dan segala rasa telah lahir sebagai akibat dari blog ini.
Aku masih ingat, memulai blog bukan atas keinginanku tapi sebuah kewajiban dari kantor tempatku bekerja. Dan lahirlah blog ini. Aku sama sekali tidak faham dengan blog, dan mungkin karena itu pula pada saat itu aku hanya membuat seadanya.
keinginan untuk mengelola blog kembali hadir sekitar setahun yang lalu dan aku belajar dan belajar sehingga terciptalah blog seperti yang sekarang. Aku sudah mulai faham dengan dunia ini dan kemudian lahirlah beberapa blog yang lain.
Aku memoles setiap titik-titikmu untuk menampilkan keindahan padamu. Mataku seringkali memerah hanya untuk memperhatikan setiap bagianmu agar pas dan semakin indah. Kuhabiskan waktuku untuk membuatmu seperti sekarang, tak terhitung batangan rokok yang menemaniku mencumbumu. Semua untuk satu harapan, membuatmu lebih indah untuk memuaskanku.
Tetapi kini, aku putuskan untuk meninggalkan semuanya. Mungkin aku lelah, mungkin aku marah, mungkin aku memang tidak ingin lagi. Aku putus asa, itu mungkin alasan yang paling pantas.
Selamat tinggal blog ku, entah nanti aku akan kembali untukmu tetapi tidak untuk hari ini. Kerja kerasku selama ini, buah pikiranku, kehausanku untuk mencari demi memperbaikimu telah kulakukan. Aku jenuh dan apa yang kau berikan padaku...??? Kekecewaan. Aku kecewa padamu yang sama sekali tidak bisa berbuat apa-apa untukku. Aku ikhlaskan tidurku yang telah kau renggut, istirahatku yang kau rampas, keharmonisanku yang kau ganggu dan hasratku yang kau patahkan. Sudahlah.
Selamat Tinggal....!!!!
Wednesday, August 15, 2007
Friday, August 10, 2007
Albert Einstein: The Nobel Prize in Physics 1921
Albert Einstein was born at Ulm, in Württemberg, Germany, on March 14, 1879. Six weeks later the family moved to Munich and he began his schooling there at the Luitpold Gymnasium. Later, they moved to Italy and Albert continued his education at Aarau, Switzerland and in 1896 he entered the Swiss Federal Polytechnic School in Zurich to be trained as a teacher in physics and mathematics. In 1901, the year he gained his diploma, he acquired Swiss citizenship and, as he was unable to find a teaching post, he accepted a position as technical assistant in the Swiss Patent Office. In 1905 he obtained his doctor's degree.
During his stay at the Patent Office, and in his spare time, he produced much of his remarkable work and in 1908 he was appointed Privatdozent in Berne. In 1909 he became Professor Extraordinary at Zurich, in 1911 Professor of Theoretical Physics at Prague, returning to Zurich in the following year to fill a similar post. In 1914 he was appointed Director of the Kaiser Wilhelm Physical Institute and Professor in the University of Berlin. He became a German citizen in 1914 and remained in Berlin until 1933 when he renounced his citizenship for political reasons and emigrated to America to take the position of Professor of Theoretical Physics at Princeton. He became a United States citizen in 1940 and retired from his post in 1945.
After World War II, Einstein was a leading figure in the World Government Movement, he was offered the Presidency of the State of Israel, which he declined, and he collaborated with Dr. Chaim Weizmann in establishing the Hebrew University of Jerusalem.
Einstein always appeared to have a clear view of the problems of physics and the determination to solve them. He had a strategy of his own and was able to visualize the main stages on the way to his goal. He regarded his major achievements as mere stepping-stones for the next advance.
At the start of his scientific work, Einstein realized the inadequacies of Newtonian mechanics and his special theory of relativity stemmed from an attempt to reconcile the laws of mechanics with the laws of the electromagnetic field. He dealt with classical problems of statistical mechanics and problems in which they were merged with quantum theory: this led to an explanation of the Brownian movement of molecules. He investigated the thermal properties of light with a low radiation density and his observations laid the foundation of the photon theory of light.
In his early days in Berlin, Einstein postulated that the correct interpretation of the special theory of relativity must also furnish a theory of gravitation and in 1916 he published his paper on the general theory of relativity. During this time he also contributed to the problems of the theory of radiation and statistical mechanics.
In the 1920's, Einstein embarked on the construction of unified field theories, although he continued to work on the probabilistic interpretation of quantum theory, and he persevered with this work in America. He contributed to statistical mechanics by his development of the quantum theory of a monatomic gas and he has also accomplished valuable work in connection with atomic transition probabilities and relativistic cosmology.
After his retirement he continued to work towards the unification of the basic concepts of physics, taking the opposite approach, geometrisation, to the majority of physicists. Einstein's researches are, of course, well chronicled and his more important works include Special Theory of Relativity (1905), Relativity (English translations, 1920 and 1950), General Theory of Relativity (1916), Investigations on Theory of Brownian Movement (1926), and The Evolution of Physics (1938). Among his non-scientific works, About Zionism (1930), Why War? (1933), My Philosophy (1934), and Out of My Later Years (1950) are perhaps the most important.
Albert Einstein received honorary doctorate degrees in science, medicine and philosophy from many European and American universities. During the 1920's he lectured in Europe, America and the Far East and he was awarded Fellowships or Memberships of all the leading scientific academies throughout the world. He gained numerous awards in recognition of his work, including the Copley Medal of the Royal Society of London in 1925, and the Franklin Medal of the Franklin Institute in 1935.
Einstein's gifts inevitably resulted in his dwelling much in intellectual solitude and, for relaxation, music played an important part in his life. He married Mileva Maric in 1903 and they had a daughter and two sons; their marriage was dissolved in 1919 and in the same year he married his cousin, Elsa Löwenthal, who died in 1936. He died on April 18, 1955 at Princeton, New Jersey.
Wednesday, August 8, 2007
Albert Einstein: Fisikawan Terbaik Dunia
Albert Einstein dilahirkan di Ulm, Kerajaan Wuettemberg, Prusia Raya (sekarang Jerman), sebuah kota makmur di selatan Jerman pada hari Jumat tanggal 14 Maret 1879. Pada tahun 1980 bisnis ayahnya mengalami kegagalan, sehingga keluarga Einstein pindah ke Munich. Einstein terlahir dari pasangan Hermann Einstein dan Pauline Koch. Informasi jumlah saudara Einstein simpang siur, ada yang mengatakan Einstein anak tunggal dan ada juga yan mengatakan anak sulung karena memiliki adik perempuan bernama Maja.
Sebelum dikenal sebagai Ahli fisika yang spektakuler di jamannya bahkan sampai sekarang, Einstein kecil tidak memiliki keistimewaan bahkan nampak bodoh dan seperti anak yang terlambat perkembangannya. Ketika anak seusianya sudah dapat berbicara, ternyata Einstein belum bisa. Pada saat sekolah di tingkat SD, Einstein sama sekali tidak menampakkan kecemerlangan otaknya. Bahkan, bisa dikategorikan sebagai anak bodoh. Einstein tidak menyukai disiplin sekolah yang keras. Einstein juga tidak menyukai mata pelajaran hapalan seperti sejarah, geografi, dan bahasa. Ia tidak suka menghafalkan fakta dan data. Minatnya hanya pada fisika dan matematika, terutama teori. Kegemaran utama Einstein adalah membaca, berpikir, dan belajar sendiri. Tak heran jika guru-guru menganggapnya pemalu, bodoh, malas belajar, dan pelanggar tata tertib.
Minat dan kecintaannya pada fisika dimulai pada saat ia berusia lima tahun. Saat ia terbaring lemah di tempat tidur akibat penyakit yang dideritanya, ayahnya memberikan hadiah sebuah kompas. Kebesaran dan keagungan alam semesta yang terefleksi dalam sebuah kompas mempesonanya dan membulatkan tekadnya untuk menguak segala tabir misteri yang berada di balik segala fenomena alam.
Kelakuan Einstein tidak berubah bahkan setelah duduk di bangku SMP. Karena hanya mau mempelajari fisika dan matematika, ia tamat SMP tanpa mendapat ijazah. Pada saat yang bersamaan, perusahaan ayahnya bangkrut. Terpaksa ia meninggalkan Jerman dan ikut orangtuanya ke Swiss. Di sana ia melanjutkan sekolah ke SMA dan berhasil lulus.
Namun, ketika akan melanjutkan ke perguruan tinggi, ia harus mengulang sampai dua kali. Akhirnya ia diterima di Institut Politeknik di Zurich, Swiss. Namun, tabiatnya tetap tidak berubah, Ia jarang kuliah. Kalau saja temannya tidak meminjaminya catatan, barangkali ia tidak lulus dari kampus dan menjadi mahasiswa abadi.
Setelah dua tahun menganggur, akhirnya Einstein memperoleh pekerjaan di kantor paten di Swiss. Sambil menekuni kesibukannya di kantor paten, bahkan pernah ia dinobatkan sebagai Best Employer oleh atasannya. Einstein tidak pernah melupakan janji kepada dirinya sendiri untuk berkarir di bidang pengembangan ilmu pengetahuan khususnya fisika.
Tahun 1905, terbitlah empat tulisannya tentang teori relativitas dalam majalah sains Annalen der Physik. Tulisannya ini mengundang banyak kontroversi dan perdebatan di antara para ilmuwan ternama saat itu. Salah satu tulisannya tersebut diselesaikannya dalam lima minggu setelah mengendap dalam pikirannya sejak Einstein berusia 16 tahun. Luar Biasa!
Tahun 1909, Einstein diangkat sebagai profesor di Universitas Zurich. Tahun 1915, Einstein menyelesaikan kedua teori relativitasnya. Penghargaan tertinggi atas kerja kerasnya sejak kecil terbayar dengan diraihnya Hadiah Nobel pada tahun 1921 di bidang ilmu fisika. Einstein juga mengembangkan teori kuantum dan teori medan menyatu. Tahun 1933, Einstein beserta keluarganya pindah ke Amerika Serikat karena khawatir kegiatan ilmiahnya, baik sebagai pengajar ataupun sebagai peneliti terganggu. Tahun 1941, Einstein mengucapkan sumpah sebagai warga negara Amerika Serikat.
Karena ketenaran dan ketulusannya dalam membantu orang lain yang kesulitan, Einstein ditawari menjadi presiden Israel yang kedua. Namun jabatan ini ditolaknya karena ia merasa tidak mempunyai kompetensi di bidang itu.
Akhirnya pada tanggal 18 April 1955, Einstein meninggal dunia dengan meninggalkan karya besar yang telah mengubah sejarah dunia. Kendati begitu, Einstein sempat menangis pilu dalam hati karena karya besarnya – teori relativitas umum dan khusus – digunakan sebagai inspirasi untuk membuat bom atom. Bom inilah yang dijatuhkan di atas kota Hiroshima dan Nagasaki saat Perang Dunia II berlangsung.
Einstein meninggalkan sebuah wasiat bagi para generasi penerus yang ingin mengikuti jejaknya. Pesannya: ”Persyaratan paling penting bagi orang yang ingin menjadi seperti saya adalah mawas diri dalam hal APA yang di-PIKIR-kannya serta BAGAIMANA ia ber-PIKIR, bukan dalam hal APA yang di-KERJA-kannya atau di-ALAMI-nya”. Sebuah pesan yang sangat dalam yang patut kita renungkan.
Sunday, August 5, 2007
Sort Message Service (SMS)
Pukul 22.20, saat aku sedang asyik nonton bola Chelsea Vs. Manchester United di ajang Community Shield, sebuah SMS masuk ke HP ku. Nomor pengirimnya tidak tercatat dalam memory HP ku (artinya orang baru atau setidaknya orang lama dengan nomor baru). Aku baca, dan sempat membuat aku tertegun.
SMS itu berbunyi:
”Sesuatu yg dianggap sepele sebalikx mungkin penting bg org lain krn stiap org memiliki porsi yg beda menyikapi sesuatu”.
Aku sekilas tidak faham dengan maksud SMS itu. Aku membalas dengan sebuah keraguan apakah orang tersebut tidak salah kirim. Namun masih dari nomor yang sama menjawab:
”Kmu memang tdk kan prnah ngerti krn mungkin sesuatu telah mbuat kamu sulit memaknai ktulusan n bisa jadi kamu memang buta”.
Aku semakin tidak mengerti. Sejenak aku berpikir berusaha mereka-reka apa maksud dari SMS itu dan siapa pengirimnya. Tetapi aku belum mampu memaknai apa pun. Blank. Aku memutuskan untuk tidak membalas karena aku berpikir mungkin hanya orang iseng. Tidak lama kemudian SMS masuk lagi:
”Jgn pernah bdiri diketinggian tp jgn pula terbaring dlm jurang. Dan ingat saat brjalan dan kau jatuh ke2 tanganmu bth sesuatu utk mgangkatmu. Entah Cinta? Sahabat? atau org2 yg km benci. Itu tgantung km dan ktulusan mrk”.
Semua aku rasakan semakin aneh, apakah orang ini memang orang yang aku kenal atau hanya orang iseng yang ingin memamerkan kemampuannya mengolah kata?. Aku kemudian menjawab:
”Wah bahasax tinggi banget. Alhamdulillah sy punya bnyk sahabat n seingatku tak ada org yg kubenci. Makasih tlah beri petuah berarti. Aku hanya jalani hidup apa adax”.
Tidak lama kemudian, aku terima SMS balasan:
”Km salah km blm jlni hdp apa adax krn km msh brjln sendiri bekalmu blm cukup. Aku brharap duri2 khdpan tak mnusukmu walau itu hax doa krn km tak pernah melihatku lbh dekat dr sekian sahabatmu krn aku bukan siapa2. Malam berlalu tidurlah dlm harapan dan impianmu”.
Seketika aku berusaha mengingat masa-masa yang telah kulalui. Pernahkah aku memiliki sahabat yang aku perlakukan seperti itu? Aku berusaha terus mengingat tetapi aku tak menemukan seorang pun. Selama ini aku selalu berusaha untuk menjadi teman yang baik. Atau aku telah khilaf? Aku kemudian menjawab SMS itu:
”Maaf jk aku sperti itu. Tak seorang manusia pun yg sempurna tp dg itu kta slalu punya smangat tuk mencari. Tp kita harus obyektif & tidak slamanya pikiran kta benar".
Aku terus menunggu jawaban SMS itu untuk memperjelas dan berusaha menebak siapa dibalik SMS itu. Tetapi hingga posting ini kuselesaikan, SMS balasan itu tak kunjung masuk ke HP ku. Mungkin dia telah tertidur.
Selamat tidur ”Sahabat” yang tak bisa kuingat, Aku hanya ingin kau tau bahwa aku tidaklah seperti yang kau pikirkan.
SMS itu berbunyi:
”Sesuatu yg dianggap sepele sebalikx mungkin penting bg org lain krn stiap org memiliki porsi yg beda menyikapi sesuatu”.
Aku sekilas tidak faham dengan maksud SMS itu. Aku membalas dengan sebuah keraguan apakah orang tersebut tidak salah kirim. Namun masih dari nomor yang sama menjawab:
”Kmu memang tdk kan prnah ngerti krn mungkin sesuatu telah mbuat kamu sulit memaknai ktulusan n bisa jadi kamu memang buta”.
Aku semakin tidak mengerti. Sejenak aku berpikir berusaha mereka-reka apa maksud dari SMS itu dan siapa pengirimnya. Tetapi aku belum mampu memaknai apa pun. Blank. Aku memutuskan untuk tidak membalas karena aku berpikir mungkin hanya orang iseng. Tidak lama kemudian SMS masuk lagi:
”Jgn pernah bdiri diketinggian tp jgn pula terbaring dlm jurang. Dan ingat saat brjalan dan kau jatuh ke2 tanganmu bth sesuatu utk mgangkatmu. Entah Cinta? Sahabat? atau org2 yg km benci. Itu tgantung km dan ktulusan mrk”.
Semua aku rasakan semakin aneh, apakah orang ini memang orang yang aku kenal atau hanya orang iseng yang ingin memamerkan kemampuannya mengolah kata?. Aku kemudian menjawab:
”Wah bahasax tinggi banget. Alhamdulillah sy punya bnyk sahabat n seingatku tak ada org yg kubenci. Makasih tlah beri petuah berarti. Aku hanya jalani hidup apa adax”.
Tidak lama kemudian, aku terima SMS balasan:
”Km salah km blm jlni hdp apa adax krn km msh brjln sendiri bekalmu blm cukup. Aku brharap duri2 khdpan tak mnusukmu walau itu hax doa krn km tak pernah melihatku lbh dekat dr sekian sahabatmu krn aku bukan siapa2. Malam berlalu tidurlah dlm harapan dan impianmu”.
Seketika aku berusaha mengingat masa-masa yang telah kulalui. Pernahkah aku memiliki sahabat yang aku perlakukan seperti itu? Aku berusaha terus mengingat tetapi aku tak menemukan seorang pun. Selama ini aku selalu berusaha untuk menjadi teman yang baik. Atau aku telah khilaf? Aku kemudian menjawab SMS itu:
”Maaf jk aku sperti itu. Tak seorang manusia pun yg sempurna tp dg itu kta slalu punya smangat tuk mencari. Tp kita harus obyektif & tidak slamanya pikiran kta benar".
Aku terus menunggu jawaban SMS itu untuk memperjelas dan berusaha menebak siapa dibalik SMS itu. Tetapi hingga posting ini kuselesaikan, SMS balasan itu tak kunjung masuk ke HP ku. Mungkin dia telah tertidur.
Selamat tidur ”Sahabat” yang tak bisa kuingat, Aku hanya ingin kau tau bahwa aku tidaklah seperti yang kau pikirkan.
Subscribe to:
Posts (Atom)