Tuesday, January 29, 2008

Selamat Tinggal SSCI

14 Nopember 2005 aku mulai bekerja di Sistem Sekolah Cerdas Indonesia (SSCI), perusahaan yang bergerak di bidang Teknologi Informasi. Saat itu aku diterima di salah satu cabangnya yang ada di Kota Makassar dengan sebutan Makassar Cyber Education Center (MCEC).

Pada tanggal 06 Juni 2006 aku dipindahtugaskan ke cabangnya di Kota Parepare (kota terbesar kedua setelah Makassar di Sul Sel) tepatnya di Parepare Cyber Education Center (PCEC) bersamaan dengan aku terimanya Surat Keputusan (SK) pengangkatan sebagai Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) setelah dinyatakan lulus seleksi pada bulan Maret 2006. Sejak pemindah tugasan itulah aku menjalani rangkap pekerjaan. Menjalankan tugas CPNS sebagai tenaga pengajar bidang Fisika di SMP Negeri 5 Parepare dan bekerja di PCEC sebagai staf pendamping.

Tanggal 17 Januari 2008 aku ditetapkan sebagai PNS defenitif di Kota Parepare dan tidak lama berselang tepatnya hari ini, tanggal 29 Januari 2008 aku harus resign dari SSCI karena masa kontrak proyeknya di Kota Parepare telah berakhir (setidaknya begitulah penjelasan yang aku baca di surat pemberhentian yang aku terima tertanggal hari ini).

Selama kurang lebih 441 hari aku mendedikasikan diri untuk SSCI dan telah bekerja di dua cabangnya (MCEC dan PCEC). Ada banyak cerita sepanjang waktu itu yang tidak mampu aku ungkap semua. Laksana dua sisi mata uang yang tidak bisa dipisahkan, begitu pula dinamika dan pahit manis aku rasakan bekerja di perusahaan ini. Terlalu banyak manis yang terukir dan sejumlah keberuntungan yang aku peroleh dibanding pahit yang harus kujalani meski harus meninggalkan SSCI tanpa pesangon dan hanya sekali menerima kenaikan insentif, itupun tiga bulan sebelum pemberhentian ini. Tetapi bagiku itu bukanlah masalah dibanding andil SSCI dalam membantuku meraih dan mewujudkan impianku.

Insentif yang aku terima dari SSCI setiap bulan memang tidak banyak tetapi itu mampu menghidupi aku, keluarga terutama adik perempuanku semata wayang sehingga bisa tetap bersekolah, dan sedikit membantu sepupuku yang masih kuliah. Selain itu, aku diperbolehkan tinggal di kantor PCEC karena aku pendatang di Kota Parepare dengan tidak harus memikirkan makanan dan aktivitas membersihkan pakaian karena semuanya ditanggung oleh perusahaan. Minimal itu yang mampu aku uraikan dari sisi material yang aku rasakan di perusahaan ini.

Bagiku, SSCI bukan hanya sekedar mencari penghasilan tetapi lebih dari itu yang tidak bisa aku ukur dengan hitungan materi. Aku ada di kota Bandar Madani Parepare ini sebagai abdi negara berlabel PNS sedikit banyaknya dipengaruhi oleh SSCI sehingga keberanian untuk jauh dari keluarga dan mengambil langkah pasti mendaftar CPNS di kota yang sebelumnya sangat asing bagiku. Mungkin niat awal aku mendaftar CPNS di Kota Parepare sangat materialistis karena salah seorang petinggi SSCI saat itu memberikan jaminan bahwa aku akan tetap bekerja di perusahaan ini jika dinyatakan lulus dan bekerja di PCEC yang saat itu baru tahap perencanaan pembukaan cabang.

Semua terbukti, saat aku dinyatakan lulus CPNS bersamaan dengan pembukaan cabang, aku tetap dipanggil untuk bekerja. Aktivitas SSCI adalah dalam dunia pendidikan dan bersentuhan dengan Dinas Pendidikan sehingga membuka jalurku untuk mengenal beberapa petinggi Dinas yang notabene menaungiku dalam rutinitas PNS sebagai seorang guru. Semua mempermudah aku, termasuk mengatur penempatanku yang sebelumnya di sekolah terpencil dipindahkan ke sekolah bergengsi. Tidak berhenti di situ, karena aku memperoleh “surat sakti” dari Kepala Dinas Pendidikan yang meminta sekolah tempatku mengajar untuk memberi kelonggaran padaku untuk menjalankan aktivitas di luar sekolah.

Aku masuk ke SSCI dengan bekal kemampuan komputer dan internet yang sangat minim padahal itu adalah syarat utama untuk bekerja di perusahaan ini. Di sinilah aku belajar meski tak sampai bisa dikatakan hebat. Dari sinilah blog ini hadir, berawal dari keharusan yang ditugaskan kepada semua karyawan saat itu. Aku sangat buta dengan dunia blogging, sehingga sempat tidak terurus. Tetapi melalui proses belajar sehingga blog ini bisa seperti sekarang. Satu-satunya yang membuat aku berat meninggalkan SSCI karena alasan blog ini. Akankan blog ini akan selalu eksis, dimana aku harus mengakses dan meng-update-nya sementara warnet di kota ini sangat terbatas. Akankah aku harus mengucapkan selamat tinggal untuk blog ini? Aku tidak tega...

Semua harus aku tinggalkan hari ini. Hanya satu kata yang aku ingin ucapkan. Terima Kasih.
  • Terima kasih kepada Ibu dr. Ulla Nuchrawaty, MM selaku direktur SSCI
  • Terima kasih kepada Bapak Ir. Fajar Sasongko, MM,. M.Kom selaku Project Manager PCEC
  • Terima kasih kepada Ibu Kusbini Musa selaku salah satu manager di SSCI yang telah memperkenalkan dan mempromosikan aku ke petinggi Dinas Pendidikan Kota Parepare dan memberi aku jalan masih tetap bekerja di PCEC
  • Terima Kasih kepada Bapak Ir. Akrim Hanafi selaku mantan petinggi di SSCI yang telah keluar terlebih dahulu
  • Terima kasih kepada semua rekan-rekan karyawan, baik yang masih bertahan maupun yang telah meninggalkan SSCI. Dari kalianlah aku banyak belajar, dan esok entah kepada siapa lagi aku akan belajar.
Terima kasih untuk sahabat-sahabatku yang aku kenal dari dunia maya (fasilitas SSCI) yang kemudian menjadi sahabat sejatiku bahkan mungkin lebih dari itu.
  • Rifqa Nukman (Karyawan Grai Halo Telkomsel Bulukumba yang saat ini telah lulus CPNS di Kab. Maros bidang Pariwisata). Seorang kakak yang selalu memberi nasehat, terkadang jengkel dengan sikapku.
  • Marhama Mappangara (Karyawan STAR Telkomsel Parepare). Seorang adik yang manja, kadang menangis untuk memperlihatkan rasa, kadang menyakitkan atas sikapnya.

Thursday, January 17, 2008

Penantian Kejelasan Status

Pukul 05.45 Wita terdengar suara bising, tak lama berselang suara bising itu bertambah dan kali ini terdengar suara adzan berkumandang disertai getaran kecil. Suara bising itu dari alarm kedua hapeku yang sengaja aku setting dua-duanya sebagai antisipasi ekstra untuk membangunkanku yang selama ini hanya menggunakan salah satu hape untuk alarm. Kebiasaan burukku belum juga hilang, terlambat bangun pagi. Segera aku bergegas bangun walau mata masih terasa berat dililit rasa ngantuk. Kulirik kedua rekan kerjaku (Ma’ruf dan Gafur) yang masih terlelap tidur di kasur masing-masing, mungkin mereka sedang bermimpi, entahlah... Aku segera bergegas keluar kamar, khawatir tergoda untuk tidur lagi.

Aku menuju kamar mandi untuk mengambil air wudhu (hal yang selama ini jarang aku lakukan karena sudah terlalu jauh dari Tuhan), kemudian menuju kamar pakaian untuk bersujud. Aku melangkah ke beranda, ternyata semalam aku lupa menutup pintu sebelum bergegas tidur sekitar pukul 1.30 wita. Ketika ada orang baru datang ke tempat kami ini, mereka mengatakan tempat ini surga karena letaknya di bukit dan di depannya terhampar lautan yang sesekali dilalui kapal PELNI karena di sekitar situ ada pelabuhan nasional (pelabuhan yang sangat terkenal dengan ketidakteraturaannya). Aku melangkah menuruni anak tangga dan melakukan gerakan-gerakan (orang bilang itu olahraga). Aku melangkah keluar gerbang sambil berlari kecil dan terus menuju jalan raya. Di sana aku melihat seorang lelaki yang mungkin sebaya denganku berlari kecil tanpa menggunakan alas kaki. Aku tidak berniat melakukan hal yang sama, aku berlari kecil lagi untuk kembali dan segera mandi.

Setelah mandi aku segera menguber lemari pakaian, mencari seragam KORPRI yang sangat jarang aku pakai karena hanya digunakan pada tanggal 17 setiap bulan. Kulirik diri lewat cermin, nampak ke-bapak-an sekali. Di meja makan belum tersedia sarapan karena layanan catering biasanya diantar di atas jam 7 (hal yang selalu aku protes) karena biasanya aku harus keluar sebelum jam 7 terutama hari Senin untuk upacara di sekolah.

Hari ini pukul 07.00 di halaman kantor Walikota aku harus mengikuti acara pelantikan dan pengambilan sumpah untuk diresmikan menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS) setelah sekian lama menyandang gelar Calon Pegawai Negeri sipil (CPNS), tepatnya sejak SK CPNS aku terima bulan Juni 2006. Selama itu pula aku hanya menerima gaji 80% dari gaji yang seharusnya, sebuah aturan yang mutlak harus dilalui. Dan hari ini (17/01/08) status CPNS itu akan berakhir dan berubah menjadi PNS defenitif dengan hak gaji 100% dan tunjangan lainnya setelah melengkapi keperluan administratif termasuk Prajabatan. Proses penantian ini sebenarnya sempat menghadirkan sesak karena dianggap terlalu lama mengingat daerah lain sudah mendefenitifkan CPNS nya menjadi PNS.

Pukul 06.55 wita aku segera berangkat dengan menunggangi Blacky, letaknya tidak terlalu jauh dari tempatku karena tidak sampai 1 km. Di kantor walikota sudah banyak orang-orang dengan seragam yang sama, tetapi aneh karena banyak muka yang tidak aku kenali. Aku berpikir mungkin mereka dari golongan I dan II yang prajabatan terpisah sehingga aku tidak mengenalnya. Belakangan aku ketahui bahwa hari ini juga akan dilakukan penyerahan SK untuk CPNS honorer yang diterima tahun 2007. Jadi ada dua acara, pelantikan CPNS menjadi PNS dan penyerahan SK untuk CPNS yang baru dinyatakan lulus.

Aku terheran-heran karena semua kaum adam menggunakan kopiah, wah gawat. Ternyata satu aturan tidak aku penuhi. Segera aku putar motor untuk kembali mencari kopiah. Karena kopiahku tertinggal di kampung saat lebaran, maka terpaksa aku pinjam kopiah dari teman kerja yang saat aku kembali sudah terbangun. Aku segera meluncur kembali ke kantor walikota. Kami diarahkan untuk membentuk barisan dan melaksanakan geladi. Tidak lama berselang, kendaraan dinas Walikota memasuki halaman kantor walikota pertanda acara akan segera dimulai.

Acara berlangsung khidmat, dan moment bersejarah akhirnya tiba yaitu pengucapan sumpah pelantikan sebagai pertanda perubahan status. Pengucapan sumpah dipimpin langsung oleh Walikota Parepare H. Muh. Zain Katoe dan kami didampingi oleh rohaniwan sesuai agama masing-masing sebagai simbol keabsahan sebuah sumpah. Salah satu poin yang aku catat dari sumpah itu adalah mengesampingkan kepentingan diri, seseorang, sekelompok orang di atas kepentingan bangsa dan negara. Sempat aku tertegun, dapatkah semua itu terpenuhi? Terlalu idealkah sumpah itu? Sekilah memang demikian tetapi itu sudah seharusnya sebagai abdi negara dan pelayan masyarakat berlabel PNS. Aku tau sangat sulit tetapi aku akan berusaha. Aku kemudian teringat kepada korupsi, kolusi dan nepotisme yang banyak dilakoni oleh para pejabat yang sebagian besar adalah PNS. Pernahkan mereka mengucapkan sumpah ini? Lalu menguap ke mana implementasinya. Mungkin terlalu dini untuk mempertanyakan semuanya.

Sekarang aku resmi menjadi PNS, seorang abdi negara dan pelayan masyarakat di bidang pendidikan sebagai tenaga pendidik dengan spesifikasi mata pelajaran Fisika (mata pelajaran yang menjadi momok nan angker bagi sebagian orang). Aku berjanji akan berusaha melakukan tugasku sebatas kemampuanku, mengubah kebobrokan akibat jiwa yang masih kekanak-kanakan dan minimnya kesadaran dan pemaknaan akan sebuah tanggung jawab. Profesi ini memang tidak menjanjikan kekayaan karena katanya penghasilannya pas-pasan kalau tidak ingin dikatakan kurang tetapi profesi ini menjadi jaminan sampai hari tua bahkan sampai ketika telah mangkat sekalipun.

Sebuah tonggak sejarah telah terukir, saatnya memperlihatkan karya dan kesungguhan agar kelak menjadi abdi negara dan pelayan masyarakat yang sesuai harapan dan jika memungkinkan mengakhiri profesi ini dengan bintang jasa, walau sangat lekat dalam ingatan sebuah lagu nasional tentang profesiku, PAHLAWAN TANPA TANDA JASA

Sunday, January 13, 2008

Google PageRank Update lagi, Terdeteksi Di RankQuest

Mungkin sudah banyak yang tau bahwa sejak kemarin google melakukan update terhadap PageRank nya. Hal ini saya ketahui ketika membuka salah satu blogku, berkat fasilitas RankQuest yang terpampang di toolbars browser Firefox yang aku gunakan, tertera bahwa blogku tersebut memiliki PageRank 5. Ha...??? Awalnya tidak percaya, penasaran karena blog itu baru berusia 4 bulanan dan Page Rank nya 0 besar. Untuk mengobati rasa penasaran, aku cari informasinya lewat om google dengan kata kunci pagerank update. Saya diarahkan ke web Mas Isnaini, dan benar ternyata google melakukan update terhadap Page Rank nya. Aku cek blog yang lain ternyata juga mengalami perubahan signifikan dari PR 0 besar melonjak menjadi PR 4 padahal blog ini jauh lebih muda lagi karena lahir pada bulan Desember 2007. Untuk blog ToKonjo ini tidak mengalami perubahan dan tetap bertahan dengan PR 4, mudah-mudahan bisa meningkat karena menurut Mas Isnaini google melakukan update secara bertahap dan mudah-mudahan lagi blog ini belum terupdate menjadi lebih baik tentunya.
Sekalian ingin berbagi pengetahuan lagi ke rekan-rekan netters agar semakin dimanjakan dengan fasilitas untuk menjelajahi internet dengan mudah dengan segala kenikmatannya. Mungkin banyak rekan-rekan telah mengetahui dan menggunakan RankQuest di toolbars browsernya, apalagi untuk senior-senior yang telah lama berkecimpung di dunia internet khususnya blogging. Mudah-mudahan ini berguna untuk rekan-rekan yang masih newbie seperti saya.
RankQuest adalah sebuah fasilitas berupa toolbars yang salah satu fungsinya adalah untuk memperlihatkan page rank web/blog yang kita kunjungi. Mengapa itu penting? Karena tidak bisa dipungkiri bahwa untuk blogger newbie pasti akan mengejar blog-blog yang berpage rank tinggi untuk mendongkrak page rank blognya sendiri. Mengutip kata-kata Oom dalam salah satu postingannya:

Secara umum semakin banyak kualitas link dengan PR tinggi yang tertuju ke blog kita maka akan semakin baik, karena ini akan menambah nilai PR dari halaman yang terhubung tersebut

Eh baru ingat, fasilitas ini saya peroleh dari hasil bincang-bincang dengan Oom di Yahoo Messsenger. Cara pemasangannya cukup mudah, silahkan kunjungi www.rankquest.com, arahkan pandangan ke menu download toolbars lalu cari bagian seperti gambar berikut:
Silahkan klik install sesuai dengan browser yang anda gunakan.
Selamat mencoba dan selamat menikmati update google PageRank, semoga PageRank web/blog anda menjadi lebih baik.

Saturday, January 12, 2008

Albert Einstein Hidup Kembali?


Tekan tombol menu untuk melihat video Einstein yang lain. Klik yang anda inginkan kemudian nantikan beberapa saat untuk melihat tampilan video, mungkin agak lama tergantung kecepatan akses internet anda. Mari mengenal Ilmuan terbesar sepanjang masa...!!!

Planet Baru Ditemukan



Tim astronom di Heidelberg, Jerman menemukan planet baru yang masih berada dalam piringan cakram debu pada sebuah bintang yang baru lahir.






Ini adalah penemuan pertama planet dalam kondisi baru terbentuk dan merupakan penemuan penting untuk memahami proses pembentukan planet. Planet itu diyakini berkembang di tengah piringan debu dan gas, yang merupakan tempat kelahiran planet tersebut, yang mengelilingi bintang induknya.

Johny Setiawan, astronom dari Max-Planck Institute for Astronomy (MPIA) yang memimpin program survei pengamatan, dan rekan-rekannya menemukan planet muda di luar tata surya itu yang memiliki massa 10 kali lebih besar dari massa Jupiter. Planet yang baru terbentuk itu mengelilingi TW Hydrae, bintang muda yang baru berusia antara delapan hingga 10 juta tahun. Planet itu mengelilingi bintang tersebut dalam waktu hanya 3,56 hari dengan jarak orbit sekitar 6 juta kilometer, sekitar 4% dari jarak bumi ke Matahari.

Para peneliti mengatakan kepada Nature bahwa studi ini memperlihatkan bahwa pembentukan planet bisa terjadi dengan cepat sebelum bintang induk muda yang juga baru terbentuk itu memiliki waktu untuk membersihkan sisa-sisa pembentukan tata surya. "Ini memperlihatkan bahwa planet-planet bisa terbentuk dalam waktu 10 juta tahun, sebelum cakram debu dan gas dibersihkan oleh radiasi dan angin di angkasa luar," tulis tim ini.

Pemantauan dilakukan dengan menggunakan teleskop Max-Planck-Gesellschaft berukuran 2,2 m di European Southern Observatory La Silla di Chile. TW Hydrae terletak sektiar 182 tahun cahaya dari konstelasi Hydra.

Sumber: BBCIndonesia.com

Thursday, January 10, 2008

Kembali Ke Kilometer 0,0 (Nol Koma Nol)

Jika Andi Alfian Mallarangeng yang berdarah Sul Sel menulis sebuah buku dengan judul Dari Kilometer 0,0 maka tulisan ini saya beri judul Kembali ke Kilometer 0,0. Maaf, bukan maksud ingin menjadi tenar seperti beliau yang telah menjadi orang penting di negeri ini sebagai penyambung lidah Presiden RI. Aku hanya ingin kembali bercerita tentang diriku, siapa diriku? Mungkin tak ada yang mengenalku... (setidaknya hingga hari ini), menjadi penyambung lidah untuk diriku sendiri, entah untuk siapa. Mungkin hanya pengejawantahan dan wujud kegelisahan.

Sekilas judulnya sama tetapi makna yang tersampaikan sangat jauh berbeda. Jika Pak Andi dengan tulisannya Dari Kilometer 0,0 menulis untuk memberi pencerahan untuk semua orang untuk bersikap optimis dan postifif dengan kata DARI, maka aku dengan tulisanku Kembali Ke Kilometer 0,0 hanya akan menceritakan keputusasaan yang seakan tanpa harapan dengan kata KEMBALI. Sangat kontradikitif antara sebuah langkah maju dengan kemunduran.

Perjalan hidup telah mengantarku berada di titik ini, titik dimana aku harus memaksa diri menoleh ke belakang yang ternyata jauh lebih baik. Pasang surut dalam perjalanan hidup memang biasa terjadi yang turut mewarnai hidup tetapi yang kualami akhir-akhir ini tidaklah seperti datangnya pasang surut sebagai sebuah fenomena alam yang lazim terjadi. Tidak sesederhana itu, aku merasa ini badai yang meluluh lantakkan semua yang kupunya. Keyakinan, semangat, anggota tubuh, dan yang lebih parah aku nyaris kehilangan harga diri atau mungkin aku sudah tak memilikinya lagi tanpa kusadari.

Mungkin saat inilah kedewasaanku teruji, bukan remaja atau anak-anak lagi yang harus mengikuti arus yang semestinya bukan tempatku lagi, memaksakan keinginan yang sama sekali tak mampu kuraih dan mengesampingkan prinsip rasionalitas. Berhenti bermain dadu layaknya anak kecil, tertawa terbahak dan sekali-kali meratap layaknya seorang remaja, mengumbar hasrat dengan pikiran kosong tanpa memperhitungkan apa-apa.

Ya... itu bukan duniaku lagi. Seharusnya semua itu aku lepaskan demi kehidupan yang lebih baik, lebih dewasa dan lebih bermartabat. Tidak lagi menginjak diri sendiri, mempermalukan diri sendiri, menyakiti diri sendiri.

Sejenak aku tersadar, ini bukan salah siapa-siapa. Akulah yang menciptakan semua ini, aku telah menyiksa diriku sendiri, aku telah bermain dengan api, mengejar fatamorgana yang tak lebih dari bayang-bayang semata, melampiaskan keinginan dan hasrat tanpa tujuan. Aku telah menyiakan sejengkal masa hidupku yang seharusnya lebih berarti. Itu bukan aku... itu bukan aku... itu bukan aku....

Ada apa di titik ini yang membuatku muak dan sangat ingin kembali ke belakang, ke kilometer 0,0 untuk menata semuanya kembali menjadikannya lebih baik dari hari ini. Tuhan, aku menyesal berada di titik ini.

Kembalikan aku ke titik 0,0 itu...