Kekerasan dan anarkisme seakan menjadi wajah baru negeri ini, negeri yang katanya ramah, santun, beradab, berprikemanusiaan, saling menghargai. Tetapi masihkah semua atribut itu patut disandang negeri ini? Sebuah tanda tanya besar dan butuh kajian mendalam.
Yang paling hangat dan cukup menyita perhatian kita adalah Priok Berdarah yang menewaskan beberapa orang dan ratusan lainnya terluka. Saya menyaksikan aksi brutal tersebut di Metro TV dan tak ayal membuat lutut saya bergetar karena ngeri. Salah satu adegan yang awalnya direkam cukup jelas adalah saat salah seorang anggota Satpol PP yang sudah tidak berdaya bersimbah darah dihajar dengan benda tajam dan tumpul layaknya seekor tikus tanpa perasaan sedikit pun. Saking parahnya, kamera kemudian diblur untuk menyamarkan adegan sadis tersebut.
Terlepas dari apakah mereka bersalah atau tidak, pantaskan sifat-sifat yang tidak berprikemanusiaan itu ditunjukkan? Atas nama emosi seorang manusia membantai manusia lainnya tanpa terlihat rasa keprimanusiaan sedikit pun. Ada apa dengan negeri ini?
Menengok ke belakang, hampir setiap saat kita disuguhi adegan anarkisme mulai dari demo yang berakhir rusuh, perang antarwarga, perang antarmahasiswa, tawuran pelajar dan lain-lain. Inikah wajah baru Indonesia kita? Dimana semua persoalan harus diselesaikan dengan emosi, adu kekuatan dan anarkisme? Ternyata Indonesiaku mundur terlalu jauh ke belakang saat negara-negara lain justru melesat maju. Kita ternyata lebih senang dengan dunia primitif dan itulah yang kita saksikan sekarang ini. Wajah Indonesiaku yang ramah, santun, beradab, berprikemanusiaan, saling menghargai telah hilang digerus zaman.
Aku menangis melihat Indonesiaku hari ini.
Yang paling hangat dan cukup menyita perhatian kita adalah Priok Berdarah yang menewaskan beberapa orang dan ratusan lainnya terluka. Saya menyaksikan aksi brutal tersebut di Metro TV dan tak ayal membuat lutut saya bergetar karena ngeri. Salah satu adegan yang awalnya direkam cukup jelas adalah saat salah seorang anggota Satpol PP yang sudah tidak berdaya bersimbah darah dihajar dengan benda tajam dan tumpul layaknya seekor tikus tanpa perasaan sedikit pun. Saking parahnya, kamera kemudian diblur untuk menyamarkan adegan sadis tersebut.
Terlepas dari apakah mereka bersalah atau tidak, pantaskan sifat-sifat yang tidak berprikemanusiaan itu ditunjukkan? Atas nama emosi seorang manusia membantai manusia lainnya tanpa terlihat rasa keprimanusiaan sedikit pun. Ada apa dengan negeri ini?
Menengok ke belakang, hampir setiap saat kita disuguhi adegan anarkisme mulai dari demo yang berakhir rusuh, perang antarwarga, perang antarmahasiswa, tawuran pelajar dan lain-lain. Inikah wajah baru Indonesia kita? Dimana semua persoalan harus diselesaikan dengan emosi, adu kekuatan dan anarkisme? Ternyata Indonesiaku mundur terlalu jauh ke belakang saat negara-negara lain justru melesat maju. Kita ternyata lebih senang dengan dunia primitif dan itulah yang kita saksikan sekarang ini. Wajah Indonesiaku yang ramah, santun, beradab, berprikemanusiaan, saling menghargai telah hilang digerus zaman.
Aku menangis melihat Indonesiaku hari ini.
No comments:
Post a Comment